Senin, 11 Maret 2013

persahabatan dalam islam

Persahabatan dalam Islam

November 11, 2012 at 8:00 pm
Bismillahirahmanirrahim, insya Allah kali ini kami akan berbagi tentang adab dan keutamaan menjalin hubungan dengan orang lain.
Persahabatan antara seseorang dengan orang lain bisa menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun sebaliknya bisa juga menjauhkan diri dari-Nya. Persahabatan adalah buah dari kebaikan akhlaq, sedangkan perseteruan adalah buah dari buruknya akhlaq. Kebaikan akhlaq adalah akar dari kasih sayang, sementara keburukan akhlaq adalah akar dari kebencian, dengki, dan permusuhan. Buah dari akhlaq adalah segala sesuatu yang bersifat terpuji dan hal inilah yang dapat membawa kita ke surga. Dalam salah satu riwayat disebutkan, “Sikap yang akan membawa banyak manusia masuk ke dalam surga adalah taqwa kepada Allah dan berakhlaq mulia.” [HR. Bukhari Muslim dari Abi Hamid]
Dalam hadits lainnya disebutkan, “Sesuatu yang terberat dan pernah diletakkan dalam Mizan (timbangan amal) adalah akhlaq yang mulia.” [HR. Abu Dawud dan Tirmidzi dari Abu Darda radhiyallahu 'anhu]
Pada saat persahabatan dilandasi oleh cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla maka keutamaannya menjadi sangat tinggi& dan mulia. Dari Al-Quran kita bisa mengambil pelajaran, “Sekiranya saja engkau belanjakan seluruh apa yang ada di bumi, niscaya engkau tidak akan dapat menundukkan qalbu mrk. Akan tetapi hanya Allah-lah yang mampu menyatukan qalbu mereka.” [QS. Al-Anfaal: 63] Dalam Surat Ali-Imran 103 pun Allah melarang kita bercerai-berai dan bertikai.
“Sesungguhnya orang yg plng baik dkt kdudukanny dgnku diantara kalian adl yg paling baik akhlaqnya & senantias brsikp tdk sombong kpd sesama. Orang2 seperti itu trmsuk klompok yg mencintai dan yg dicintai” HR. Thabrani dr Jabir ibn Abdullah. “Seorang mukmin adalah siapa yg gemar mengasihi dan dikasihi oleh sesamanya. Tiada kebaikan di dalam diri seseorang yg tdk gemar mengasihi.”
“Siapa saja yg dikehendaki baik oleh Allah, niscaya akan dikaruniai seorang sahabat yg soleh. jika ia sdh lupa, maka sahabatnya yg soleh mengingatkannya. dan jika ia sdg sadar maka sahabatnya yg soleh itu mau membantu menjaga serta mengawasinya.” “Ssungguhnya Allah swt berfirman pd hari berbangkit nanti,”Dimanakah mereka yg saling mngasihi krn Aku? Pada hari ini tdk ada naungan kecuali naunganKu. Aku akan melindungi mereka dalam naunganKu.” HR. Muslim dari Anas ibn Malik ra
“Pada saat seseorang berkunjung kpd sahabatnya krn Allah swt, maka Allah swt akan mengirimkan malaikat dgn diam2 kpdnya untuk menanyakan ‘Apa yg akan engkau lakukan? ‘Lalu ia menjawab, ‘Aku amu mengunjungi saudaraku.’ Malaikat brtanya kembali,’ Apakah engkau ada keperluan? jawabnya, ‘Tidak ada.’ Malaikat melanjutkan, ‘Apakah krn ia ada hub kerabat dgnmu?’ Jawabnya lagi, ‘Tidak.’ Sambung malaikat, ‘Apakah krn ia telah memberikan sesuatu kpdmu?’ Jawabnya, ‘Tidak.’ Tanya malaikat kemudian, ‘Kalau begitu krn apa engkau mengunjunginya?’ ia menjawab,’Aku mengasihinya krn Allah swt..’Lalu malaikat berkata kepadanya,’Sesungguhnya Allah swt mengutus aku kpdmu untuk menyampaikan berita bahwa Dia mengasihimu seperti engkau mengasihinya, dan bahwa surga akan dianugerahkan kepadamu.” HR. Muslim dari Abu Hurairah ra
Rasulullah Saw bersabda, “Brsahabatlah dgn orang yg dpt mengingatkan kalian kpd Allah swt. yg kata2nya menambahkah amal kalian dan yg membangkitkan kegairahan sanubarimu untuk beramal bagi kepentingan akhirat ketika kalian memandang mereka”
Dalam menjalin persahabatan tdk semua manusia cocok untuk dijadikan sahabat, “Manusia itu mengikuti kebiasaaan sahabat dekatnya. Oleh krn itu, hendaklah salah seorang dr kalian memikirkan siapa yg akan dijadikan shbt” HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. orang yg akan kita ikat dgn tali persahabatan harus memiliki 5 perkara pada dirinya: 1. Akal, 2. Akhlaq yg baik, 3. Bukan pengemar maksiat, 4. bukan ahli bid’ah, 5. tidak bersikap haus dgn urusan dunia. Akal adalah pokok, seseorang yg menggunakan akalnya memahami apa yg dilakukannya, sementara yg tdk mnggunakannya tdk mengerti haq dan bathil Al-Junaid rahimahullah berkata:”Prsahabatan dgn orang fasik yg brakhlaq baik lebih aku sukai drpd prsahabatan dgn orang trpelajar namun berakhlaq buruk..”
Alqamah al-Atharidi berwasiat kod anak laki2nya, “Wahai anakku, apabila engkau merasa perlu u/ brsahabat, maka bersahabatlah dgn orang yg akan menyalamatkanmu jika engkau menyelamatkannya, yg akan meningkatkan keindahan akhlaqmu jika engkau bersahabat dgnnya, yang akan membantumu ketika engkau berada dalam kesulitan, apabila engkau mengulurkan tanganmu kpdnya, ia akan mengulurkan tangannya kpdmu. ia akan membantumu dlm perbuatan baik yg engkau kerjakan. ia akan menghilangkan keburukannmu apabila ia melihatnya. ia akan memberimu apabila engkau menginginkan sesuatu darinya. ia akan memulai pembicaraan dgnmu ketika engkau hanya berdiam diri. ia akan menolongmu ketik bencana menimpa dan menyakitkanmu. ia akan mendukungmu dalam rencana perbuatan baikmu ia akan menyampaikan perbedaan pendapatnya, dgn pendapatmu di tempat trhormat ketika perbedaan pendapat diantara kalian suatu ketika muncul.
Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah berkata, “Sahabatmu yang sejati adalah siapa yang setia bersamamu, yang rela menderita demi kebaikanmu, yang mendatangimu apabila engkau ditimpa musibah dan yang bersedia berkorban demi menolongmu. Abu Dzarr al-Ghiffari radhiyallahu ‘anhu berkata, “Kesendirian lebih baik daripada sahabat yang berakhlaq buruk dan sahabat yang berakhlaq baik lebih baik daripada kesendirian.
Dari semua paparan singkat di atas, dapatlah kita menarik beberapa hikmah penting]
  1. Bersahabatlah atas dasar keimanan kepada Allah Ta’ala
  2. Jadikan akhlaq mulia sebagai landasan pokok dalam menjalin persahabatan
  3. Pilah dan pilihlah orang yang akan engkau jadikan sahabat
  4. Karena kita tinggal di negeri yang mayoritas non-muslim, jika kita berteman dengan orang kafir, berkelakukanlah dengan baik namun tanpa mencintainya.
Wallahu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar