Kamis, 07 Maret 2013

Keistimewaan Seorang Wanita Dalam Pandangan Islam


Keistimewaan Seorang Wanita Dalam Pandangan Islam

Wanita itu makluk istimewa ia mampu setia dengan cinta yg ia miliki selama berpuluh puluh tahun. Namun tak mampu menyimpan kecemburuaan walau sekejap saja

Ia bisa menjadi bintang yang tak meninggalkan langitnya jika telah memiliki suami

Ia bisa menjadi masdrasah ilmu bagi buah hatinya.

Ia mampu memiliki cinta yang bersyarat agar cintanya tak lengkang dimakan usia.

Wanita itu mampu menjadi kuat

dan tegar di saat di timpa ujian dalam hidupnya.

Wanita mampu menyembunyikan luka hatinya walau mengalami berbagai macam derita.

Seorang wanita dapat memberi nilai fositif dalam kehidupan banyak orang .

Di Belakang wanita hebat akan ada suami hebat dan anak anak yang hebat pula.

Maka berbahagialah menjadi wanita akan tetapi jadilah wanita shalihah yang amat dirindukan di surga ALLAH
WANITA CANTIK

Apa yang membuat wanita dapat dihargai oleh lawan jenisnya harga dirinya tidak dijaga . Mengapa wanita rela menyerahkan harga dirinya untuk kemewahan, kemakmuran , kenyamanan

* Wanita yg cantik tidak akan menghalalkan semua untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginan .

* Wanita yg cantik, tidak mengganggu suami orang hanya untuk mendapatkan harta dgn mengatas namakan cinta.

* Wanita
yg cantik tak kan menjajakan dirinya dijalanan tuk sebuah alasan demi keluarga

* Wanita yg cantik tidak akan meninggalkan meninggalkan prinsip 2 dari berbagai macam godaan dunia.
* Wanita yg cantik tak kan menjadi ibu yg membiarkan anaknya dalam dunia kelam

* Wanita yg cantik seorang ibu yg mendidik dgn kasih sayang dan taat pada perintah Allah dan menjalankan sunnah Rasulullah.

Wanita yg cantik adalah yg bisa menjaga harga dirinya. Kecantikan bukan terletak pada perhiasan yg menghiasi tubuhnya yg aduhai dan wajahnya elok tetapi keshalihahnya yg menawan
 ~PAHALA SEORANG ISTRI~

Saat seorang istri bangun pagi dan menyiapkan segala kebutuhan , maka Allah telah menyediakan pahala

Ketika seorang istri mengancingkan bajunya dan menyisirkan rambut sang suami , maka Allah juga menyediakan pahala

Seorang istri mencuci baju dan menyetrikan baju 2 maka setiap jari jari nya bernilai pahala

Saat istri menyiapkan makan pagi dan malam maka pahala telah menga
lir lewat jemarinya .

Saat seorang istri berdandan dan tersenyum dengan kepulangan suaminya maka tak luput pahala mengalir

Saat menyeka peluh dan menyiapkan segelas untuk sang suami untuknya, maka pahala menantinya.

Bahkan saat jari mereka saling menggenggam maka runtuhlah dosa dosa mereka dan menjanjikan pahala ketika malam malam menyelimuti kehangatan mereka berdua dalam bilik kerinduan menuju barokahNYA...

Dan menikahlah agar dapat berlomba lomba mengraih jannahNYA ...

YUK BERDHUHA MENGRAIH KEBERKAHAN RIZKI





Wanita Pertama Penghuni Surga, Dialah Mutiah

Suatu hari putri Nabi SAW. Fatimah Az Zahra ra. bertanya kepada Rasulullah SAW., siapakah wanita pertama yang memasuki surga setelahUmmahatul Mukminin  setelah istri-istri Nabi SAW.? 
Rasulullah bersabda: Dialah Mutiah. 
Berhari-hari Fatimah Az Zahra berkeliling kota Madinah untuk mencari tahu keberadaan siapa Mutiah itu dan dimana wanita yang dikatakan oleh Nabi SAW. itu tinggal. Alhamdulillah dari informasi yang didapatkannya, Fatimah mengetahui keberadaan dan tempat tinggal Mutiah di pinggiran kota Madinah.
Atas ijin suaminya Ali bin Abi Thalib, maka Fatimah Az Zahra dengan mengajak Hasan putranya untuk bersilaturahmi ke rumah Mutiah pada pagi hari. Sesampainya di rumah Mutiah, maka Fatimah yang sudah tidak sabar segera mengetuk pintu rumah Mutiah dengan mengucapkan salam.
“Assalaamu’alaikum ya ahlil bait.” Dari dalam rumah terdengar jawaban seorang wanita, “Wa’alaikassalaam … siapakah diluar?” lanjutnya bertanya. Fatimah menjawab, “Saya Fatimah putri Muhammad SAW.” Mutiah menjawab, “Alhamdulillah, hari ini rumahku dikunjungi putri Nabi junjungan alam semesta.”
Segera Mutiah membuka sedikit pintu rumahnya, dan ketika Mutiah melihat Fatimah membawa putra laki-lakinya yang masih kecil (dalam riwayat masih berumur 5 tahun). Maka Mutiah kembali menutup pintu rumahnya kembali, terkagetlah Fatimah dan bertanyalah putri Nabi SAW kepada Mutiah dari balik pintu.
“Ada apa gerangan wahai Mutiah? Kenapa engkau menutup kembali pintu rumahmu? Apakah engkau tidak mengijinkan aku untuk mengunjungi dan bersilaturahim kepadamu?”
Mutiah dari balik pintu rumahnya menjawab, “Wahai putri Nabi, bukannya aku tidak mau menerimamu di rumahku. Akan tetapi keberadaanmu bersama dengan anak laki-lakimu Hasan, yang menurut ajaran Rasulullah tidak membolehkan seorang istri untuk memasukkan laki-laki ke rumahnya ketika suaminya tidak ada di rumah dan tanpa ijin suaminya. Walaupun anakmu Hasan masih kecil, tetapi aku belum meminta ijin kepada suamiku dan suamiku saat ini tidak berada dirumah. Kembalilah besok biar aku nanti meminta ijin terlebih dahulu kepada suamiku.”
Tersentaklah Fatimah Az-Zahra mendengarkan kata-kata wanita mulia ini, bahwa argumentasi Mutiah memang benar seperti yang diajarkan ayahnya Rasulullah SAW. Akhirnya Fatimah pulang dengan hati yang bergejolak dan merencanakan akan kembali besok hari.
Pada hari berikutnya ketika Fatimah akan berangkat ke rumah Mutiah, Husein adik Hasan rewel tidak mau ditinggal dan merengek minta ikut ibunya. Hingga akhirnya Fatimah mengajak kedua putranya Hasan dan Husein. Dengan berpikir bahwa Mutiah sudah meminta ijin kepada suaminya atas keberadaannya dengan membawa Hasan, sehingga kalau dia membawa Husein sekaligus maka hal itu sudah termasuk ijin yang diberikan kepada Hasan karena Husein berusia lebih kecil dan adik dari Hasan.
Namun ketika berada didepan rumah Mutiah, maka kejadian pada hari pertama terulang kembali. Mutiah mengatakan bahwa ijin yang diberikan oleh suaminya hanya untuk Hasan, akan tetapi untuk Husein Mutiah belum meminta ijin suaminya.
Semakin galau hati Fatimah, memikirkan begitu mulianya wanita ini menjunjung tinggi ajaran Rasulullah SAW. dan begitu tunduk dan tawaddu’ kepada suaminya.
Pada hari yang ketiga, kembali Fatimah bersama kedua anaknya datang ke rumah Mutiah pada sore hari. Namun kembali Fatimah mendapati kejadian yang mencengangkan, dia terkagum. Mutiah didapati sedang berdandan sangat rapi dan menggunakan pakaian terbaik yang dipunyai dengan bau yang harum, sehingga Mutiah terlihat sangat mempesona.
Dalam kondisi seperti itu, Mutiah mengatakan kepada Fatimah bahwa suaminya sebentar lagi akan pulang kerja dan dia sedang bersiap-siap menyambutnya. Subhanallah, kita merindukan istri yang demikian. Yaitu ketika suami pulang kerja dia berusaha menyambutnya dengan kondisi sudah mandi, sudah berdandan, sudah memakai pakaian yang bagus, dan siap menyambut kedatangan suami di halaman rumah dengan senyuman terindah penuh kasih dan sayang. Ya Allah, jadikanlah istri-istri kami seperti Mutiah.
Akhirnya Fatimah pulang kembali dengan kekaguman yang tak terperi kepada Mutiah. Dan pada hari yang keempat, Fatimah datang kembali ke rumah Mutiah lebih sore dan berharap bahwa suaminya sudah berada di rumah atau sudah pulang dari kerja. Dan Alhamdulillah memang pada saat Fatimah datang, suami Mutiah baru saja sampai di rumah pulang dari kerja.
Fatimah dan kedua anaknya Hasan dan Husein dipersilahkan masuk oleh Mutiah dan suaminya ke rumahnya. Fatimah melihat sebuah pemandangan yang jauh lebih mengesankan dibanding dengan yang dihadapinya sejak hari pertama. Mutiah sudah menyiapkan baju ganti yang bersih untuk suaminya, sambil menuntun suaminya ke kamar mandi. Mutiah terlihat mulai melepaskan baju suaminya, dan mereka berdua hilang masuk ke bilik kamar mandi. Dan yang dilakukan oleh Mutiah adalah memandikan suaminya. Subhanallah… Tsumma Subhanallah.
Selesai memandikan suaminya, Fatimah menyaksikan Mutiah menuntun suaminya menuju ke tempat makan. Dan suaminya sudah disiapkan makanan dan minuman yang dimasaknya seharian. Sebelum memakan makanan yang sudah disiapkan, Mutiah masuk ke dalam rumah dan keluar dengan membawa cambuk sepanjang 2 meter dan diberikan kepada suaminya dengan mengatakan.
“Wahai suamiku, seharian aku telah membuat makanan dan minuman yang ada didepanmu. Sekiranya engkau tidak menyukai dan tidak berkenan atas masakan yang aku buat, maka cambuklah diriku.”
Tanpa bertanya apa-apa, Fatimah sudah memahami apa yang dikatakan oleh ayahnya Rasulullah SAW. tentang wanita pertama penghuni surga setelah para istri Nabi yaitu Mutiah.
Fatimah pulang menangis haru dan bahagia karena sudah mendapatkan jawaban bagaimana istri yang sholihah. Seperti yang ada pada diri Mutiah, yang mendapatkan kehormatan sebagai wanita yang paling dahulu memasuki surga Allah SWT.
Wallahu a’lam bish shawab
Oleh: Silmi Nurdini Kamilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar